TEORI
KEPRIBADIAN PSIKOANALISIS (SIGMUND FREUD)
A. Sejarah
Singkat Freud
Sigmund Freud dilahirkan 6 Mei 1856 dari
sebuah keluarga Yahudi di Freiberg ,
Moravia , sebuah kota kecil di Austria (kini menjadi bagian dari
Cekoslowakia). Pada saat Freud berusia 4 tahun, keluarganya mengalami
kemunduran ekonomi, dan ayah Freud membawa pindah Freud sekeluarga ke kota Wina. Setelah
menamatkan sekolah menengahnya di kota
Wina ini, Freud masuk fakultas kedokteran Universitas Wina dan lulus sebagai
dokter pada tahun 1881. Dari catatan pribadinya diketahui bahwa Freud
sesungguhnya tidak tertarik untuk menjalani praktek sebagai dokter, dan lebih
tertarik kepada kegiatan penelitian ilmiah. Tetapi karena desakan ekonomi
keluarga, dibina bersama Martha Bernays, istrinya yang dinikahi Freud pada
tahun 1886, Freud akhirnya menjalani praktek yang tidak disukainya itu. Di
sela-sela waktu prakteknya Freud masih menyempatkan diri untuk melakukan
kegiatan penelitian dan menulis. Adapun minat ilmiah utama Freud adalah pada
neurologi, sebuah minat yang menyebabkan Freud menekuni penanganan
gangguan-gangguan neurotik, khususnya histeria.
Ketika Freud masih menjadi mahasiswa,
seorang ahli saraf ternama dari Wina, Dr. Joseph Breuer, telah menggunakan
metode khusus untuk menangani histeria, yakni metode hipnosis. Dengan jalan
menghipnosis pasien histeria yang ditanganinya, Breuer berhasil membuktikan
bahwa penyebab histeria yang diderita pasiennya itu adalah pengalaman-pengalaman
traumatik tertentu dari si pasien. Salah satu kasus histeria yang paling
terkenal dari Breuer adalah kasus Anna, yang ditangani Breuer dari tahun 1880
sampai 1882. Kurang-lebih pada waktu yang bersamaan, seorang ahli saraf
terkemuka dari Rumah Sakit La Salpetriere, Paris , yakni Jean Martin Charcot,
mengembangkan metode yang sama dengan yang digunakan Breuer. Dari kedua orang
ini Freud belajar dan mempraktekkan metode hipnosis untuk menangani kasus-kasus
histeria. Bahkan dengan Breuer, Freud sempat mengadakan kerja sama. Kerja sama
mereka menghasilkan penanganan atas sejumlah kasus histeria yang dibukukan
dengan judul Studien uber Hysterie (1895). Tetapi tidak lama
setelah buku tersebut diterbitkan, Freud memisahkan diri serta meninggalkan
metode yang digunakan oleh Breuer dan Charcot karena ia merasa tidak puas
dengan prosedur dan hasil yang dicapainya: Setelah meninggalkan metode
hipnosis, Freud mencoba metode lain, yakni metode sugesti yang dipelajarinya
dari Bernheim pada tahun 1889. Dan metode yang terakhir ini pun ternyata tidak
memuaskan Freud, sehingga ia akhirnya mengembangkan dan menggunakan metode
sendiri yang disebut metode asosiasi bebas (free association method). Berbeda
dengan metode hipnosis yang menyadarkan diri pada anggapan bahwa
pengalaman-pengalaman traumatik yang ada pada pasien histeria perlu dan hanya
bisa diungkapkan dalam keadaan si pasien tidak sadar (di bawah pengaruh
hipnosis), metode asosiasi bebas bertumpu pada anggapan bahwa
pengalaman-pengalaman traumatik (pengalaman yang menyakitkan) yang dimiliki
pasien hysteria itu bisa diungkapkan dalam keadaan sadar. (Dalam asosiasi
bebas, pasin diminta untuk mengemukakan secara bebas hal-hal apa saja yang
terlintas dalam pikirannya saat itu. Hal-hal yang kemukakan oleh
pasiennya itu merupakan bahan untuk menggali dan mengungkap ingatan-ingatan
atau pengalaman-pengalaman yang sifatnya traumatic dari alam bawah sadar si
pasien.) Hal yang penting dari pengembangan asosiasi bebas ini adalah, metode
asosiasi bebas dengan prinsip atau anggapan yang mendasarinya telah membawa
Freud kepada suatu kesimpulan bahwa ketaksadaran memiliki sifat dinamis, dan
memegang peranan dalam terjadinya gangguan neurotik seperti histeria. Di
kemudian hari peranan ketaksadaran oleh Freud diperluas dan dipandang sebagai
“kawasan terbesar” dari kehidupan psikis, yang di dalamnya terdapat suatu unsur
atau sistem yang berisikan naluri-naluri. Dan keinginan-keinginan berasal dari
naluri-naluri itu. Pada gilirannya, melalui mekanisme represi,
keinginan-keinginan yang tidak atau sulit dipuaskan akan dikembalikan ke
kawasan tak sadar ini, dipenjarakan bersama-sama dengan pengalaman-pengalaman
tertentu yang sifatnya traumatic atau menyakitkan bagi individu. Selain itu,
Freud mulai menempatkan data yang diperoleh dari kegiatan terapinya dalam
kerangka psikologi, serta ia melihat aspek atau mekanisme yang terlibat dalam
kejadian munculnya gangguan neurotik dari sudut psikologi, dan bukan dari
sudut neurologi atau fisiologi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa metode
asosiasi bebas merupakan tonggak yang menandai dimulainya psikoanalisa.
B. Pandangan Tentang Manusia
Pandangan Freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik,
deterministic,mekanistik, dan reduksionistik. Menurut Freud, manusia
dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak
sadar,kebutuhan-kebutuhan dan dorongan biologis dan naluriah, dan oleh
peristiwa-peristiwa yang terjadi selama lima
tahun pertama kehidupan.
Hakekat Manusia Menurut Freud
- Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini
- Manusia sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan
- Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
- Manusia didorong oleh dorongan seksual agresif
- Perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi.
C. Latar belakang Lahirnya Psikoanalisis
Di samping metode asosiasi
bebas yng dikatakan sebagai tonggak berdirinya psikoanalisa, pada periode awal
psikoanalisa ini Freud juga mengembangkan analisis mimpi (dream analysis) atau
penafsiran mimpi. Penafsiran mimpi ini dikembangkan oleh Freud berdasarkan
anggapannya bahwa isi mimpi merupakan simbol dari keinginan-keinginan atau
pengalaman-pengalaman tertentu yang direpres di alam bawah sadar. Dengan
demikian, sebagaimana dikatakan oleh Freud, mimpi itu sendiri adalah via
regia (jalan utama) menuju alam bawah sadar. Artinya, melalui penafsiran
atas sebuah mimpi, kita bisa mengetahui keinginan-keinginan atau
pengalaman-pengalaman apa yang diproses oleh si pemimpi di alam bawah
sadarnya. Itulah yang ingin dicapai Freud melalui penafsiran mimpi yang
dikembangkannya. Adapun subjek Freud yang pertama dan sering digunakan untuk
keperluan menguji ketepatgunaan metode penafsiran mimpinya tidak lain adalah
dirinya sendiri. Dalam buku pertamanya yang diberi judul The Interpretation
of Dreams (Die Traumdeutung, 1900), Freud menunjukkan bagaimana
mimpi-mimpinya sendiri ia telaah dan ia tafsirkan, sehingga ia memperoleh bahan
yang berharga untuk memahami kehidupan psikis berikut kekuatan dan
mekanisme-mekanisme yang terdapat di dalamnya. Melalui buku ini dan tiga buah
buku lain yang menyusul kemudian, yang meliputi judul-judul Psychopathology
of Everyday Life (1901), Three Essays on SeXuality (1905) dan Case
of Dora (1905), Freud telah meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi
psikoanalisa, sekaligus telah memperlihatkan dirinya sebagai seorang inovator
yang jenius dengan gagasan-gagasan yang brilian. Selain buku-buku
tersebut di atas, masih banyak buku Freud lainnya yang menganut gagasan-gagasan
brilian Freud yang tidak terbatas pada bidang psikologi dan psikopatologi,
tetapi juga di bidang kebudayaan (mitologi), agama, dan kesenian khususnya
kesusastraan. Buku-buku yang dimaksud antara lain Introductory
Lectures on Psycho-analysis (1920), The Ego and the Id (1923), Future
of an Illusion (1927), Civilization and Its Discontents (1930), New
Introductory Lectures on Psycho-analysis (1933), dan An Outline
of Psycho-analysis (baru diterbitkan pada tahun 1940). Kesemua buku
tersebut dengan gagasan-gagasan yang termuat di dalamnya, menjadikan Freud
banyak mengundang perhatian serta menarik minat sejumlah besar orang untuk
mempelajari psikoanalisa dan menjadi pengikut Freud. Di antara orang-orang
tersebut terdapat nama-nama terkenal seperti Alfred Adler, Carl Gustav Jung,
Ernest Jones, A.A. Brill, Otto Rank, Sandor Ferenzci, dan Hans Sachs. Tetapi
dua orang yang disebut terdahulu, Adler dan Jung, di kemudian hari memisahkan
diri dari lingkungan psikoanalisa akibat adanya perbedaan pandangan dengan Freud.
Keduanya mengembangkan teori dan alirannya sendiri., Adler mengembangkan
psikologi individual, sedangkan Jung mendirikan psikologi analitis. Perpisahan
dengan dua orang yang diharapkan menjadi penerus dan pembela ajaran
psikoanalisa ini bagi Freud merupakan suatu pukulan yang cukup hebat, sebab
keduanya dipandang sebagai pengikut yang paling potensial dan berbakat.
Akibatnya, Freud terpaksa harus menjadi pendekar tunggal dalam mengembangkan
dan membela psikoanalisanya dari serangan para tokoh dan aliran psikologi lain
sampai ia meninggal dunia pada tanggal 23 September 1939 di London, tempat ia melarikan diri dari
kejaran pihak Nazi. Sungguhpun demikian, Freud telah berhasil menjadikan
psikoanalisa satu aliran yang kuat, berpengaruh, dan tetap tegar dalam
menghadapi serangan dari manapun. Di samping menunjukkan
kekurangan-kekurangannya, banyaknya serangan dan upaya membongkar psikoanalisa
juga menunjukkan bahwa psikoanalisa, sepeninggal pendirinya, tidak pernah
diabaikan.
D. Struktur Keperibadian
1. Id, adalah sistem keperibadian yang asli
yang ada semenjak individu lahir. Id berisikan semua aspek psikologis yang
diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan beroperasi dalam
daerah unconscious, mewakili subyektivitas yang tidak pernah disadari
sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan
enerji psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur
kepribadian lainnya. Alwisol(2006:16).
Calvin S. Hall dan Gardner dalam A. Supratiknya (1993:63) id
merupakan sistem kepribadian yang asli; id merupakan rahim tempat ego dan super
ego berkembang. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan
dan telah ada sejak lahir termasuk insting-insting. Id merupakan reservior
energi psikis yang menyediakan seluruh daya untuk menjalankan kedua sistem yang
lain. Id berhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah dari mana id
mendapatkan energinya.
2. Ego adalah
struktur kepribadian menurut Freud yang berurusan dengan tuntutan realitas. Ego
disebut “badan pelaksana” (executive branch) kepribadian, karena ego
membuat keputusan rasional. Id dan ego memiliki moralitas. Id dan ego tidak
memperhitungkan apakah sesuatu itu benar atau salah. Jhon W. Santrock dalam
Achmad Chusairi (1995:36).
Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan
organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan
obyektif. Orang yang lapar harus mencari, menemukan dan memakan makanan sampai
tegangan karena rasa lapar dapat dihilangkan. Ini berarti orang harus belajar
membedakan antara gambaran ingatan tentang makanan dan persepsi aktual terhadap
makanan seperti yang ada di dunia luar.
Setelah melakukan pembedaan yang sangat
penting ini. Maka perlu mengubah gambaran kedalam persepsi, yang terlaksana
dengan menghindarkan gambaran ingatan tentang makanan dengan penglihatan atau
penciuman terhadap makanan yang dialaminya melalui pancaindra. Ego dikatakan
mengikuti prinsip kenyataan. Dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan
prinsip kenyataan adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu
objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Calvin S. Hall dan Gardner dalam A. Supratiknya (1993:64)
3. Super ego
adalah struktur kepribadian yang merupakan badan moral kepribadian dan
benar-benar memperhitungkan apakah sesuatu benar atau salah. Super ego dapat
dikatakan sebagai “hati nurani”. Jhon W. Santrock dalam Achmad Chusairi
(1995:37).
Menurut Alwisol (2006:18) super ego adalah
kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakia prinsip
idealistik sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik ego.
Sedangkan menurut Koswara (1991:34) super ego adalah sistem kepribadian yang
berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut
baik buruk). Super ego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau
aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh atau
berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru.
E. Dinamika Kepribadian
1. Distribusi
enerji
Dinamika kepribadian, menurut Freud bagaimana energi
psikis didistribusikan dan dipergunakan oleh Id, Ego dan Super Ego. Freud
menyatakan bahwa enerji yang ada pada individu berasal dari sumber yang sama
yaitu makanan yang dikonsumsi. Enerji manusia dibedakan hanya dari
penggunaannya, enerji untuk aktivitas fisik disebut enerji fisik, dan enerji
yang dunakan untuk aktivitas psikis disebut enerji psikis.
Menurut Freud jumlah energy itu terbatas sehingga
terjadi semacam persaingan di antara ketiga aspek kepribadian untuk memperoleh
dan menggunakannya. Jika salah satu aspek banyak menggunakan energi maka aspek
kepribadian yang lain menjadi lemah.
Freud menyatakan bahwa pada mulanya yang memiliki
enerji hanyalah id saja. Melalui mekanisme yang oleh Freud disebut
identifikasi, energi tersebut diberikan oleh id kepada ego dan super ego.
2. Mekanisme pertahanan ego
Menurut
Freud, mekanisme pertahanan ego (ego defence mechanism) sebagai strategi yang
digunakan individu untuk mencegah kemunculan terbuka dari dorongan-dorngan id
maupun untuk menghadapi tekanan super ego atas ego, dengan tujuan kecemasan
yang dialami individu dapat dikurangi atau diredakan (Koeswara, 1991 : 46).
Freud
menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan
banyak macamnya. Berikut ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut
Freud umum dijumpai (Koeswara, 1991 : 46-48).
a. Represi,
yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan dengan cara
menekan dorongan-dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam
ketidak sadaran.
b. Sublimasi,
adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan
kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif id yang
menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima, dan
bahkan dihargai oleh masyarakat.
c. Proyeksi,
adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan
kepada orang lain.
d. Displacement,
adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau
individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula.
e. Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu
memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengamcam ego, melalui
dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal.
f. Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi
kecemasan karena insdividu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma,
dengan cara berbuat sebaliknya.
g. Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan
dengan bertinkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
F. Perkembangan Kepribadian
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian
Perkembangan
kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara
individu mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli
dari dalam diri manusia.
Ketegangan
dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi
ketegangan ini dilakukan individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan
mekanisme pertahanan ego.
2. Tahap-tahap perkembangan
kepribadian
Menurut
Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan
perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur
dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian
berlangsung melalui 6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah
erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam
fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 1982 :
172-173).
1. Fase
oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan
Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan
adalah mulut.
2. Fase anal (anal stage)
: kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun.
Pada
fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
3. Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3
sampai 6 tahun.
Bagian
tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
4. Fase laten (latency
stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas
Pada fase ini dorongan seks cenderung
bersifat laten atau tertekan.
5. Fase
genital (genital stage): terjadi sejak individu memasuki pubertas dan
selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ
reproduksi.
G. Penyimpangan Kepribadian
Defence
Mechanism adalah sebuah bangunan fikiran sekunder
pada alam sadar dan prasadar di bawah naungan Ego. Fungsinya adalah untuk
membantu Ego dalam proses penyeimbangan Id - Super-ego. Penggunaan Defence
Mechanism yang tidak seimbang dapat mengakibatkan terjadinya Anxiety (Ego
Agresif - terlalu berpihak pada Id) atau Guilt (Regresif - terlalu berpihak
pada Super-ego). Defence Mechanism terdiri dari beberapa metode manipulatif.
Denial terjadi ketika Unconsciousness melakukan
penolakan terhadap kenyataan yang mengancam Ego. Contoh: seorang murid
mendapatkan nilai buruk, kemudian ia berpikir bahwa nilai itu tidaklah terlalu
penting.
Reaction
Formation
terjadi ketika alam sadar bereaksi terbalik (opposite) terhadap sifat alam
sadarnya. Contoh: karakter Percy dalam film Green Mile muncul dalam wujud yang
kasar padahal sebenarnya ia penakut dan pengecut.
Displacement terjadi ketika emosi dialihkan dari sesuatu yang
bersifat berbahaya menuju sesuatu yang lebih aman. Contoh: Seseorang memukul
bantal karena merasa kesal dengan orang lain.
Repression terjadi ketika seseorang
secara sadar mengalami kejadian yang sangat traumatis hingga alam bawah
sadarnya memaksa trauma ini keluar dari wilayah sadarnya. Contoh: seseorang
yang mengalami war trauma cenderung bersifat pendiam tetapi sangat2
tempramental.
Supression terjadi ketika seseorang yang mengalami
ketidak stabil-an alam bawah sadar tetapi secara sadar memaksa untuk tidak
mengacuhkan ke-tidak stabil-annya. Contoh: seseorang yang mengalami split
personality biasanya adalah orang yang state of naturenya berperilaku tenang
walaupan bangunan psikisnya sedang mengalami goncangan hebat.
Psychological Projection terjadi
ketika seseorang memproyeksikan impuls psikisnya pada orang/benda lain. Contoh:
Alice tidak
suka pada Bob, tetapi pada teman2nya Alice
justru mengatakan bahwa Bob-lah yang tidak suka Alice .
Intellectualisation terjadi ketika
seseorang yang mengalami guncangan hebat dengan sadar menerima apapun yang
terjadi, mengambil hikmah, dan memutuskan untuk membuka lembaran baru dalam
hidupnya.
Rationalization terjadi ketika
seseorang melakukan justifikasi logis terhadap sesuatu yang muncul dari proses
psikis yang berbeda. Contoh: seorang pria sedang menonton film drama, ia
meminta teman disebelahnya untuk meniup matanya dengan alasan ada debu yang
masuk, padahal sebenarnya ia hanya secara emosional terbawa oleh alur cerita
hingga ingin menangis.
Compensation terjadi ketika seseorang bertingkah
berbeda untuk menutupi ketidak-mampuannya terhadap hal lain. Contoh: seseorang
yang tidak bisa bermain musik tetapi justru berpenampilan seperti rockstar
lengkap dengan mode pakaian, asesoris, dan tata rambutnya.
Sublimation terjadi ketika seseorang menyelaraskan
impuls psikisnya dengan prilaku sosial disekitarnya. Contoh: Seorang mahasiswa
yang jorok dan biasa berpenampilan ala punk ketika lulus dan diterima
diperusahaan besar merubah penampilannya menjadi bersih dan rapi.
Eros-Thanatos adalah the life instinc. Ia adalah impuls
aktif yang bertanggung jawab dalam mengembangkan dorongan2 kreatif, dan libido
manusia. Eros hidup sejak era Oral Stage, tetapi baru mulai memiliki peran
dalam bangunan psikis pada era Phallic Stage, yakni untuk membangunkan hasrat
seksual yang lama terpendam.Thanatos adalah alter ego dari Eros, Ia adalah the
death instinc. Ia adalah impuls yang mem-pasif-kan impuls2 Eros
mengembalikannya ke states of calm dengan dalih kedewasaan. Thanatos biasanya muncul pasca era
Genetial Stage setelah manusia mengalami masa kejayaannya dalam hidup. Ia
bertanggung jawab terhadap terjadinya parabolic reflecting mirror yang terjadi
pada manula.
H. Implikasinya dalam Konseling
Berangkat dari teori yang
dikembangkan Freud tentang kepribadian dan tingkah laku,maka cara kerja
konseling dan psikoterapi dalam pendekatan psikoanalisis berdasarkan
pandanannya tentang hakekat manusia sebagai berikut.
1.
Pada
dasarnya manusia memiliki kecenderungan yng sudah dibawa sejak lahir, terutama
kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan kecenderungan
distruktif melalui dorongan agresifitasnya.
2.
Manusia dikendalikan oleh dorongan dan instink
biologis, karena itu lebih bersifat biologis dan kurang social serta melakukan
sesuatu secara irrasional.
3.
Tingkah laku manusia ada hakekatnya adalah
gerakan dari ketidak sadarannya.
Pandangan Psikoanalisis ini memberi implikasi yang sangat luas terhadap konseling dan psikoterapi, khususnya dalam aspek tujuan yang hendak dicapai serta prosedur yang dapat dikembangkan.
Pandangan Psikoanalisis ini memberi implikasi yang sangat luas terhadap konseling dan psikoterapi, khususnya dalam aspek tujuan yang hendak dicapai serta prosedur yang dapat dikembangkan.
Tujuan Konseling pada dasarnya harus mengarah pada tujuan tertentu. Secara umum tujuan konseling adalah mengubah tingkah laku dalam pengertian yang sangat, luas. Dalam pandangan Psikoanalisis, tujuan konseling agar individu mengetahui ego dan memiliki ego Strenght (ego yang kuat). Hal ini berarti bahwa konseling akan amenempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak yang mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator antara id dan superego. (Cottone, 1992:104)
Ego strength adalah ego yang efektif dalam menghubungkan dan menemukan kepuasan dari pengaruh-pengaruh libido dari id dan pada saat yang sama sesuai dengan standar moral yang realities. Strenght ego juga bermakna kemampuan mengintregrasikan yang dicapai ego, id dan superego, tanpa ada konflik dan usaha repressi.
Tujuan ini secara lebih rinci dikemukakan oleh Nelson Jones (1982 : 100) dalam tiga hal, yaitu :
·
Bebas dari impuls
·
Memperkuat realitas atas dasar fungsi ego
·
Mengganti superego sebagai realitas kemanusiaan
dan bukan sebagai hukuman standar moral.
Berangkat dari tujuan-tujuan yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa konseling dalam pandangan Psikoanalisis lebih sebagai reeducating ego, dari yang sebelumnya terus tunduk pada impuls-impuls dan atau dorongan terhadap hukuman kode moralnya, menjadi lebih memiliki kemampuan ego strength.
SUMBER
http://pkmrsjmalang.blogspot.com/
diakses pada tanggal 1 oktober 2010 pukul 19:30 WIB
http://0sa.blog.friendster.com/2008/12/psikoanalisis-pt3-psikoanalisis-freud/
diakses pada tanggal 1 oktober 2010 pukul 19:36 WIB
http://hendygoblog.blogspot.com/2009/07/teori-psikoanalisis-sigmund-freud.html
diakses pada tanggal 1 oktober 2010 pukul 19:41 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar